Rekind Buletin Volume III

Gambar 1 menampilkan produk-produk sawit yang dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku energi, yaitu diesel biohidrokarbon yang merupakan pengganti fossil diesel , biodiesel FAME (fatty acid methyl ester) yang merupakan pengganti fossil diesel , bahan bakar bioetanol yang merupakan pengganti bensin, dan bioavtur yang merupakan penganti fossil avtur . Diesel biohidrokarbon dan bioavtur merupakan drop-in fuel yang dapat dicampurkan dengan bahan bakar berbasis fosil hingga persentase campuran 100%. Beberapa proyek penelitian dan pengembangan teknologi yang saat ini dikerjakan oleh Departemen R&D merupakan teknologi berbasis sawit, yaitu: 1. Teknologi Pengolahan Minyak Sawit Menjadi Bahan Bakar Nabati (BBN) Biohidrokarbon, yaitu diesel biohidrokarbon dan bioavtur. 2. Teknologi Pengolahan Tandan Kosong Sawit (TKS) Menjadi Bahan Bakar Bioetanol dan Prekursor Produk Bernilai Tambah.

Teknologi Pengolahan Minyak Sawit menjadi Bahan Bakar Nabati (BBN) Biohidrokarbon yang Dikembangkan oleh Departemen R&D Rekind

stand-alone yang dapat mengolah bahan baku berupa minyak sawit 100%. Pengembangan teknologi minyak sawit 100%. Pengembangan teknologi BBN Biodrokarbon stand-alone di Indonesia dilakukan melalui konsorsium yang terdiri dari Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (Balitbang ESDM), Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri), PT Rekayasa Industri, PT Pertamina (Persero), dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Dalam pengembangan teknologi BBN Biohidrokarbon, Departemen R&D Rekind berperan dalam melakukan perancangan dan pengembangan proses, termasuk scale-up proses dari skala mini pilot, skala percontohan, hingga skala komersial. Untuk memperoleh teknologi BBN Biohidrokarbon stand-alone yang siap diaplikasikan pada skala komersial, penelitian dan pengembangan teknologi pada skala percontohan berkapasitas 1000 liter per hari perlu dilakukan terlebih dahulu untuk memperoleh rancangan proses dan rancang bangun skala komersial yang optimum dan memenuhi kelayakan ekonomi. Diharapkan pada akhir tahun 2021, uji coba pada pabrik percontohan sudah selesai dilakukan. Gambar 2 menampilkan timeline pengembangan teknologi BBN Biohidrokarbon stand- alone . Pada timeline tersebut, kilang stand-alone skala komersial dengan kapasitas 20.000 barrel per day diharapkan siap beroperasi pada tahun 2026.

Latar belakang penelitian dan pengembangan teknologi BBN Biohidrokarbon (diesel biohidrokarbon dan bioavtur) adalah semakin meningkatnya impor minyak bumi dan impor bahan bakar diesel dan avtur Indonesia; serta ketersediaan minyak sawit yang melimpah, sedangkan Uni Eropa akan menutup impor minyak sawit Indonesia pada tahun 2030 dengan pengurangan bertahap mulai tahun 2023. Teknologi BBN Biohidrokarbon dirancang untuk mengolah minyak sawit dengan kualitas industri (non-pangan), yaitu minyak dengan kandungan asam lemak bebas yang tinggi, sehingga mencegah terjadinya konflik dengan bahan baku pangan. Teknologi BBN Biohidrokarbon menggunakan katalis Merah-Putih yang dikembangkan oleh Prodi Teknik Kimia ITB dan Research & Technology Center (RTC) dan sudah berhasil diuji coba di kilang eksisting milik Pertamina di Dumai untuk menghasilkan diesel biohidrokarbon secara co-processing, yaitu pemrosesan bersama minyak berbasis fosil dan minyak sawit sebagai bahan baku. Hasil uji coba co-processing menunjukkan bahwa katalis Merah Putih memiliki kinerja yang baik, namun peralatan di kilang existing memiliki beberapa keterbatasan untuk mengolah bahan baku dengan kandungan minyak sawit yang lebih besar dari 12,5%. Uji coba co-processing merupakan suatu strategi leveraging teknologi Merah Putih dengan lisensor teknologi eksisting, seperti UOP, Neste Oil, dan Syntroleum. Namun, fokus pengembangan teknologi BBN Biohidrokarbon adalah teknologi stand-alone yang dapat mengolah bahan baku berupa minyak sawit 100%. Pengembangan teknologi BBN Biodrokarbon stand- alone di Indonesia dilakukan melalui konsorsium yang terdiri dari Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (Balitbang ESDM), Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri), PT Rekayasa Industri, PT Pertamina (Persero), dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Dalam pengembangan teknologi

Volume III| Rekind Buletin

20

Made with FlippingBook Ebook Creator